Selasa, 22 November 2011

Tidurlah Untuk Bermimpi


Kalian pasti tidak asing lagi dengan istilah bermimpilah setinggi langit

Entah kenapa mimpiku tidak setinggi mimpi-mimpi orang lain. Mungkin karena aku terlalu takut jika mimpi itu tidak berhasil aku wujudkan. Aku merasa diri ini kecil dibandingkan dengan mimpi-mimpi orang lain. Mereka selalu bilang, “andai aku lulus nanti, aku ingin sekolah keluar negeri, andai aku begini begitu…dan jika….dan jika….”. Bagus memang, tapi entah kenapa aku jarang sekali berandai.

Ternyata…itu bukan mimpi, tapi harapan. Dan ternyata mimpi itu berbeda dengan harapan.  Mimpi diciptakan supaya kita berusaha untuk mewujudkannya, sedangkan harapan, hanya bisa kita curahkan kepada Allah tempat berharap. Dia-lah satu-satunya tempat bersandar.
Akupun mempunyai satu mimpi yang membuatku semangat untuk  mewujudkannya. Walaupun mimpi ini tak setinggi langit, namun mimpi ini berarti besar untukku.

Aku bermimpi menjadi seorang Guru yang benar-benar bisa mengabdi untuk Tanah air tercinta ini. Guru yang disayangi murid dan selalu ada untuk mereka yang membutuhkan. Seorang Ibu Guru Shalehah yang bisa membantu meringankan beban suami dan menjadi Ibu Guru yang baik untuk putra-putrinya.

Banyak orang yang berkeinginan jadi pengusaha, karena status sebagai pengusaha lebih baik dibanding dengan pegawai. Walaupun seperti itu, aku tetap pada pendirianku untuk menjadi guru PNS(Pegawai Negeri Sipil). Walaupun statusnya jadi pegawai yang penting bisa berguna bagi semua orang. Karena orang yang sukses itu adalah orang yang berguna untuk semua orang.

Aku ingin mencetak murid-murid didikkanku menjadi murid yang benar-benar berguna bagi nusa dan bangsa. Aku tidak mau seperti sebagian guru yang mendidikku dulu, yang hanya datang ke kelas dan memberikan tugas tanpa tahu apa yang diinginkan oleh muridnya. Walaupun demikian, aku tetap berterima kasih kepada mereka, karena berkat mereka aku bisa seperti ini.

Sebenarnya aku malu untuk bermimpi, karena kerjaanku dikelas paling 3D(duduk, diam dan dengarkan), bahkan mungkin sampai 3M(molohok,molongo sampai-sampai molor).

Aku malu dengan tingkahku seperti itu. Mimpiku begitu mulia, namun belum ada usaha untuk mewujudkannya. Akupun tahu, mimpi tanpa usaha tidak akan jadi kenyataan, bahkan hanya menjadi mimpi yang tak kunjung usai.

Suatu hari aku tertidur saat jam pelajaran, karena memang pelajaran ini tidak aku sukai. Mungkin saking lelapnya aku tidur,teman yang didekatkupun susah untuk membangunkanku.  Tapi akhirnya aku bangun berkat teriakan teman-teman sekelasku. Saat bangun, dihadapanku telah berdiri sesosok laki-laki tua, dan itu adalah guruku. Aku pasrah jika beliau mau memarahi atau bahkan mengusirku dari kelas. Tapi ternyata tidak. Beliau berkata, “ga papa, Widya tidur untuk bermimpi, maka bangunlah untuk mewujudkan mimpi itu!”. Aku malu saat beliau berkata demikian, namun itu semua benar, aku harus bangun untuk mewujudkan mimpi itu. Terima kasih,Pak!

Sebesar apapun mimpi kita, tetaplah bermimpi. Karena dengan mimpi, kita akan bersemangat untuk meraihnya. Jangan mau terus menerus hidup di alam mimpi yang begitu indah, tapi bangunlah ke alam nyata yang rumit untuk merubahnya menjadi indah !!!

Saat Kehidupan Diuji (My Story In Darussalam Boarding School)


Kawan…tak pernah terfikir dibenakku untuk mengalami hidup seperti ini. Dimana aku harus hidup jauh dari orang tua dan belajar hidup bersama orang lain yang tak pernah ku kenal sebelumnya.
Pondok Pesantren Darussalam Ciamis,kini menjadi bagian hidupku. Melukis dengan menggunakan warna berbeda dalam lukisanku, sehingga terciptalah lukisan yang indah, lebih indah dari apa yang kubayangkan sebelumnya. Begitupun dengan hidupku. Semoga….
Kawan…Pesantren ini benar-benar merubah hidupku.
Dulu..aku hanyalah seorang insan yang hanya mengandalkan hidup kepada orang tua dan hidup semaunya. Mau makan tinggal makan, baju kotor tinggal ditumpuk diember, mau jajan tinggal minta dan jika mau main tinggal ambil kunci motor dan Lets Go bersama teman-teman. Seburuknya aku, sampai-sampai meninggalkan kewajibanku selaku makhluk.
Namun kini semuanya telah berubah.
Disini..aku belajar tentang arti kehidupan, belajar menghargai orang dan belajar menyantuni waktu. Disini benar-benar mendidikku untuk mandiri.
Terkadang aku merasa tidak tahan menghadapi semuanya. Menghadapi keegoisan orang lain terutama keegoisan diri sendiri. Kadang malas, namun itu wajar, namanya juga manusia, tidak ada yang sempurna.
Aku bisa mengatasi keegoisanku dengan mengingat apa tujuanku kesini. Biasanya…jika aku merasa malas, bosan, ga betah sampai-sampai mau pindah dari sini, aku melihat kebelakang, bagaimana jerih payah orang tua untuk menyekolahkanku kesini. Mereka rela berbuat apa saja demi masa depan yang baik untuk putranya, berharap putranya bisa menjadi orang yang berguna bagi diri sendiri dan bagi semua orang.
“Sekolah formal untuk meraih cita-cita, sangkan bagja di Dunia”
“Mesantren untuk menyempurnakan iman, sangkan bagja di akhirat kelak”
“dan Aktif di salah satu organisasi, sangkan kita bisa hidup bersosialisasi”
 Seketika semangatkupun bangkit kembali setelah mengingat semua itu. Semoga akupun bisa menjalankan amanat mereka.
Namun…jika masalah itu timbul dari keegoisan orang lain, kadang aku terlalu rapuh untuk menghadapinya. Seakan-akan aku butuh orang lain untuk berada disampingku, ada untuk mensuport dan untuk mengulurkan tangannya,  sehingga aku bisa berdiri untuk menghadapi semuanya.
Kadang…aku berusaha untuk “berbodo amat” dengan apa yang orang katakan, apa kata orang yang menambah beban dibenakku. Aku berusaha selalu berhusnudhon dengan apa yang terjadi padaku, “mungkin mereka saking perhatiannya kepadaku” pikirku. Tetapi perkataan orangpun merupakan PR untuk kita. Cacian dan perkataan orang itu merupakan koreksian sangkan kita bisa lebih baik.
Masalah diciptakan sangkan kita mencari solusinya. Solusi kita dapatkan dari hasil berfikir. Otomatis, dengan masalah Allah mengasah otak kita sangkan lebih pintar dan melatih mental kita supaya  lebih kuat.
Ingatlah! Allah menguji hambanya dengan takaran yang sesuai dengan kadar kemampuan hambanya. Maka dari itu bersemangatlah dalam menghadapi masalah, karena itu merupakan salah satu bukti bahwa Allah menyayangi kita. “man sobaro dzopiro”.
Kata-kata itu bisa aku tulis karena aku sudah merasakannya.
Kini aku sadar, inilah yang orang tuaku inginkan, ingin melihat putranya setegar batu karang yang dihempas sang ombak.
Jujur, tidak semua ilmu yang kupelajari disini masuk dan kupahami semua. Namun setidaknya, disini aku belajar untuk memaknai kehidupan.          
Kawan…jujur, aku sangat senang sekolah disini. Disini banyak yang aku dapatkan. Mulai dari ilmu dan hal yang lain yang tak sempat kubayangkan sebelumnya.
Senang..karena semuanya serba berjama’ah. Mulai dari shalat berjama’ah, makan berjama’ah, tidur berjama’ah terkadang mandipun berjama’ah(tapi Alhamdulillah tidak dalam satu ruangan).
Akupun senang, karena setiap masalah yang aku hadapi selalu ada mereka yang mensuportku.
Maka dari itu..dikesempatan ini aku ingin mengucapkan beribu-ribu terima kasih “untuk orang tuaku yang tidak salah menyekolahkan putranya kesini(walaupun kadang ga betah). Kepada sahabat-sahabatku baik di program yang sama maupun tidak (kelas Program Keagamaan)yang selalu mensuport dan mengkritikku, namun kritiknya membuatku kuat. Untuk yang membenciku(tidak suka dengan keberadaanku disini, membicarakanku dibelakang)aku pun berterima kasih, karena dengan kehadiran kalian aku belajar menjadi sosok yang tegar. Untuk seseorang yang selalu menyanyangi dan mendukungku, terima kasih, karena dengan kehadiranmu membarikan warna dan kebahagiaan yang baru dihidupku. Juga untuk orang-orang yang tidak mungkin ku lupakan kehadirannya. Terima kasih karena telah ikut mewarnai lukisanku”.
Aku tahu rencana Allah itu sangatlah indah, bahkan lebih indah dari apa yang kita bayangkan. Begitupun dengan bersekolah disini. Semoga ini merupakan jalan yang terbaik yang Allah berikan. Amiiiiiiin….

Minggu, 20 November 2011

Pernahkah Anda Berfikir ???

Pernahkah anda memikirkan bahwa anda tidak ada sebelum dilahirkan ke dunia ini; dan anda telah diciptakan dari sebuah ketiadaan?

Pernahkan anda berpikir bagaimana bunga yang setiap hari anda lihat di ruang tamu, yang tumbuh dari tanah yang hitam, ternyata memiliki bau yang harum serta berwarna-warni?

Pernahkan anda memikirkan seekor nyamuk, yang sangat mengganggu ketika terbang mengitari anda, mengepakkan sayapnya dengan kecepatan yang sedemikian tinggi sehingga kita tidak mampu melihatnya?

Pernahkan anda berpikir bahwa lapisan luar dari buah-buahan seperti pisang, semangka, melon dan jeruk berfungsi sebagai pembungkus yang sangat berkualitas, yang membungkus daging buahnya sedemikian rupa sehingga rasa dan keharumannya tetap terjaga?

Pernahkan anda berpikir bahwa gempa bumi mungkin saja datang secara tiba-tiba ketika anda sedang tidur, yang menghancur luluhkan rumah, kantor dan kota anda hingga rata dengan tanah sehingga dalam tempo beberapa detik saja anda pun kehilangan segala sesuatu yang anda miliki di dunia ini?

Pernahkan anda berpikir bahwa kehidupan anda berlalu dengan sangat cepat, anda pun menjadi semakin tua dan lemah, dan lambat laun kehilangan ketampanan atau kecantikan, kesehatan dan kekuatan anda?

Pernahkan anda memikirkan bahwa suatu hari nanti, malaikat maut yang diutus oleh Allah akan datang menjemput untuk membawa anda meninggalkan dunia ini?

Jika demikian, pernahkan anda berpikir mengapa manusia demikian terbelenggu oleh kehidupan dunia yang sebentar lagi akan mereka tinggalkan dan yang seharusnya mereka jadikan sebagai tempat untuk bekerja keras dalam meraih kebahagiaan hidup di akhirat?

Manusia adalah makhluk yang dilengkapi Allah sarana berpikir. Namun sayang, kebanyakan mereka tidak menggunakan sarana yang teramat penting ini sebagaimana mestinya. Bahkan pada kenyataannya sebagian manusia hampir tidak pernah berpikir.

Sebenarnya, setiap orang memiliki tingkat kemampuan berpikir yang seringkali ia sendiri tidak menyadarinya. Ketika mulai menggunakan kemampuan berpikir tersebut, fakta-fakta yang sampai sekarang tidak mampu diketahuinya, lambat-laun mulai terbuka di hadapannya. Semakin dalam ia berpikir, semakin bertambahlah kemampuan berpikirnya dan hal ini mungkin sekali berlaku bagi setiap orang.

Harus disadari bahwa tiap orang mempunyai kebutuhan untuk berpikir serta menggunakan akalnya semaksimal mungkin.

“Dan pada hari itu diperlihatkan neraka Jahannam; dan pada hari itu ingatlah manusia akan tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya. Dia mengatakan, “Alangkah baiknya kiranya aku dahulu mngerjakan (amal saleh) untuk hidupku ini." (QS. Al-Fajr, 89:23-24)

Seseorang yang tidak berpikir berada sangat jauh dari kebenaran dan menjalani sebuah kehidupan yang penuh kepalsuan dan kesesatan. Akibatnya ia tidak akan mengetahui tujuan penciptaan alam, dan arti keberadaan dirinya di dunia. Padahal, Allah telah menciptakan segala sesuatu untuk sebuah tujuan sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur'an:

“Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dengan bermain-main. Kami tidak menciptakan keduanya melainkan dengan haq, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui." (QS. Ad-Dukhaan, 44: 38-39)

“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?" (QS. Al-Mu’minuun, 23:115)

Oleh karena itu, yang paling pertama kali wajib untuk dipikirkan secara mendalam oleh setiap orang ialah tujuan dari penciptaan dirinya, baru kemudian segala sesuatu yang ia lihat di alam sekitar serta segala kejadian atau peristiwa yang ia jumpai selama hidupnya. Manusia yang tidak memikirkan hal ini, hanya akan mengetahui kenyataan-kenyataan tersebut setelah ia mati. Yakni ketika ia mempertanggung jawabkan segala amal perbuatannya di hadapan Allah; namun sayang sudah terlambat.

Allah berfirman dalam Al-Qur'an bahwa pada hari penghisaban, tiap manusia akan berpikir dan menyaksikan kebenaran atau kenyataan tersebut:

“Dan pada hari itu diperlihatkan neraka Jahannam; dan pada hari itu ingatlah manusia akan tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya. Dia mengatakan, “Alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal saleh) untuk hidupku ini." (QS. Al-Fajr, 89:23-24)

Padahal Allah telah memberikan kita kesempatan hidup di dunia. Berpikir atau merenung untuk kemudian mengambil kesimpulan atau pelajaran-pelajaran dari apa yang kita renungkan untuk memahami kebenaran, akan menghasilkan sesuatu yang bernilai bagi kehidupan di akhirat kelak. Dengan alasan inilah, Allah mewajibkan seluruh manusia, melalui para Nabi dan Kitab-kitab-Nya, untuk memikirkan dan merenungkan penciptaan diri mereka sendiri dan jagad raya:

“Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka?, Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya melainkan dengan tujuan yang benar dan waktu yang ditentukan. Dan sesungguhnya kebanyakan di antara manusia benar-benar ingkar akan pertemuan dengan Tuhannya." (QS. Ar-Ruum, 30: 8)